Tulisan ini secara fundamental bertujuan
untuk mendiskusikan alternatif pendekatan pengembangan modal intelektual di bidang keuangan dan perbankan yang bersifat kontekstual, menyeluruh dan actionable bagi peningkatan daya saing industri perbankan kita yang bersifat berkelanjutan (sustainable). Dalam hal ini mungkin perlu diakui bersama bahwa pendekatan pengembangan modal intelektual belum tersentuh secara substansial. Pada tataran penentu kebijakan, perkembangan dan arah kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia nampaknya lebih berorientasi kepada pembenahan yang lebih bersifat struktural dalam bentuk paket-paket kebijakan yang selama ini lebih menekankan kepada efisiensi, skala ekonomis, besaran dan kecukupan modal, kepatuhan pada regulasi dan implementasi manajemen risiko. Padahal harus diakui bahwa modal intelektual merupakan substansi dari baik buruknya kinerja organisasi dalam jangka panjang.
Dalam konteks peran SDM bagi kinerja organisasi, penelitian yang dilakukan oleh Profesor Peter J. Williamson dari INSEAD dalam bukunya "Winning in Asia" dan salah satu kolom bisnis yang diterbitkan oleh Fortune Magazine edisi tahun 2006 yang lalu, menyatakan bahwa produktivitas bukanlah penyebab utama dari rendahnya daya saing perusahaan-perusahaan di Asia apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan Amerika atau Eropa. Ternyata, faktor utama yang mungkin terlupakan oleh sebagian besar dari kita adalah: the quality of decision making. Tak heran apabila dilihat dari sudut pandang labor productivity1, perusahaan-perusahaan di Amerika menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis di Asia seperti Cina, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia, namun dalam konteks total productivity measures2, perusahaan-perusahaan di Amerika justru menunjukkan angka yang jauh lebih baik. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian3 yang dilakukan oleh Price Waterhouse Coopers International yang menyatakan bahwa rata-rata revenue per labor hour, Revenue per total compensation costs dan revenue per FTE (full time employee) dari perusahaan-perusahaan di Amerika menunjukkan angka yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan di Asia dan Eropa. Kendati pun di sisi lain, perusahaan-perusahaan di Amerika memberikan sistem remunerasi yang relatif lebih baik apabila dibandingkan dengan organisasi-organisasi bisnis di Eropa dan Asia.